Ads 468x60px

Minggu, 17 Maret 2013

Persahabatan yang Indah



Persahabatan yang Indah
Teriknya panas matahari sempat menambah pusing kepalaku, orangtua dan anak-anak berkumpul dan membuat beberapa barisan. Terdengar suara salah satu orang yang menggunakan alat yg membuat suaranya semakin nyaring. Dia memanggil satu per satu orang tua serta anaknya masuk ke dalam suatu ruangan. Aku dan Ibuku hanya menunggu dan aku tidak tahu apa yang sedang kami tunggu. Tangan ku memegang sebuah lembaran yang berisikan angka , kuingat kembali angka itu , kulihat dengan cermat , dan ternyata itu adalah angka 041. Aku bertanya kepada Ibuku , “Ma, kita ngapain pulang yuk ?”. Mama berkata , “ Nanti dulu nak , awas lembaran yang dedek pegang tadi , jangan sampai lepas ya.” “iya Ma” jawab aku dengan wajah mengkerut. Beberapa saat kemudian, Ibu menarikku ke dalam ruangan itu, di dalam ruangan banyak orang-orang yang duduk melihat aku. Mereka selalu tersenyum setiap kali aku melihat wajah mereka. Aku pun disuruh duduk di kursi kecil yang mungil. Kemudian salah satu mereka bertanya padaku. “Nama adek siapa ?” . Aku awalnya hanya diam namun karena di desak oleh Ibu ku aku menjawab pertanyaan itu . “Nama saya Dodi Pratama” dengan pelannya aku menjawab. “Wah anak pertama ya, udah punya adek belum” tanya Ibu itu berkerudung hitam itu. Aku hanya terdiam saja, Ibu ku pun menjawab, “Dodi belum punya adek bu , ini pertama kalinya saya mendaftarkan anak saya ke sekolah”.

“Oh baiklah , Ibu akan memberikan beberapa pertanyaan untuk Dodi, lihat benda-benda ini, Dodi pasti tahu benda ini bentuknya apa”. Dengan lancarnya aku menjawab “Petak !!”. Teringat film kartun spongebob yang sering aku tonton di pagi hari. Kemudian Ibu itu bertanya lagi “Benar , lalu warnanya apa ?”. Dengan sigapnya aku menjawab “Hijau!” .”wah pinterr , selamat ya bu, anak Ibu bisa diterima di sekolah ini, besok jangan lupa daftar ulang ya” . “Oh iya Ibu terimakasih banyak” ujar Ibuku.

            Beberapa hari kemudian banyak perbedaan yang kualami, di pagi-pagi buta Ibu lebih sering membangunkanku, padahal biasanya aku selalu bangun siang. Perasaan ku kesal karena tidak bisa lagi nonton kartun favoritku. Ibu dengan buru-burunya memasangkan baju putih dan celana merah serta benda aneh berwana merah yang dipasang di leherku, terasa mencekik namun aku selalu dimarah jika ku lepas, kemudian aku dipakaikan topi merah berlambang aneh , Aku masih tidak mengerti apa semua ni. Jam 6.45 Aku berangkat bersama Ayah ke suatu tempat, dimana tempat ini penuh dengan anak-anak sebaya Aku, dan memakai baju putih celana merah serta perlengkapan yang sama persis seperti yang ku kenakan. 

            Terdengar bunyi ting-ting seperti bunyi sepeda mini namun terdengar nyaring dari kejauhan. Seorang Bapak-bapak menyuruh aku serta yang lain berkumpul di tengah lapangan. Sepertinya sesuatu sedang terjadi. Barisan demi barisan menghadap pendopo sekolah , di pendopo sekolah terdapat Bapak-bapak Ibu-ibu yang mengawasi kami. Tak lama kemudian, terdengar nyanyian yang kedengarannya tak asing lagi, lagu kebangsaan Indonesia Raya. Lagu itu sering di nyanyikan Ayahku dan aku hapal lagunya. Kemudian ada 3 orang anak yang seperti sedang berjalan tidak cepat namun juga tidak lamban, berjalan seperti robot Transformer. Salah seorang di sisi kiri sedang menarik tali , di sisi kanan memegang bendera merah putih. Sambil dinyanyikan lagu Indonesia Raya , dan pelan-pelan aku ikut bernyanyi walaupun anak-anak disekitarku melirik aku dengan pandangan sentimen. Akhirnya perkumpulan tadi selesai juga. Kami disuruh masuk ke ruangan yang telah ditunggu orangtua kami, di sana kami telah di siapkan tempat duduk yang bakal di jadikan bahan rebutan. Ibuku telah menungguku di kursi paling depan. Ibu ku tersenyum bahagia ketika melihatku duduk, dan kemudian para orangtua meninggalkan kami dengan wajah seperti mengharapkan sesuatu.

            Ruangan yang terlihat sangat asing, terdapat 2 buah papan berwarna hitam yang bisa ditulis dengan kapur, seperti kartun Chalk Zone yang sering ku tonton. Ibu Guru, itu lah sebutan untuk seorang Ibu-ibu yang mengajarkan kami banyak hal. Tak hanya belajar, kami juga sambil bermain seperti saat aku  bermain bersama teman-teman ku yang ada di luar sana. Hari demi hari aku baru sadar, apa yang aku lakukan sekarang ini bisa membuat Ibuku tersenyum manis kepadaku. Aku pun aktif ke “Sekolah” , itu lah sebutan tempat di mana aku bisa belajar banyak hal.

            Lima tahun kemudian , aku telah menginjakkan kaki di kelas 6 SD. Gayaku kini telah berubah dari yang culun menjadi sedikit berandalan. Kini aku telah punya banyak teman , dari teman baik maupun teman yang kurang baik. Haris dan Rina adalah sahabat baikku . Aku ketemu Haris pada saat naik kelas 2. Dia sangat baik dan tidak pelit, setiap hari dia selalu memberikan banyak makanan kepadaku. Uang jajannya yang melebihi batas normal anak SD biasanya. Uang jajanku yang hanya 5 ribu rupiah kemudian 2 ribunya ditabung, namun berbeda dengan Haris, uang jajannya biru-biru itu tersimpan rapi di dalam dompetnya , bahkan sampai warna merah-merah juga. Dengar-dengar dia anak seorang pengusaha kecap terkaya di daerah ini. Walaupun kaya, dia malas menabung. Biarpun begitu , dia sering membantu kami dalam masalah keuangan. Cita- citanya adalah sebagai Animator karena dia suka banget film-film kartun anime yang lagi nge-trendnya saat ini.

            Kemudian Rina, dia anaknya cantik, baik ,lembut, pintar, dia mendapat peringkat 2 setelah aku. walaupun masih tinggi peringkat aku, aku merasa dia lah yang paling pintar di kelas, itu karena dia sangat rajin dalam mengerjakan tugas rumah, dibandingkan dengan aku yang kadang mengerjain tugas rumah di sekolah. Dia adalah anak seorang Camat  , Ayahnya seorang Camat , sedangkan Ibunya seorang guru mata pelajaran. Walaupun orang tuanya terbilang mapan, Rina sangatlah sederhana, uang jajannya selalu di tabung hampir semua uang yang ia dapat dari orang tuanya. Cita-citanya adalah dokter hewan karena dia sangat menyukai hewan yang lucu-lucu. Namun sebenarnya aku tidak terlalu yakin dengan cita-citanya itu, karena tidak semua hewan yang dia sukai, contohnya saja serangga, dia pernah seperti berlari maraton gara-gara ada serangga hinggap di rambutnya. Aku kenal dia baru-baru ini ketika naik kelas 6. Ngomongin masalah cita-cita ku , aku hanya ingin sekali menjadi seorang yang sangat berguna bagi orangtua dan teman-temanku. Di tambah lagi orang tuaku yang hanya pegawai biasa tidak memungkinkan untuk aku menjadi orang yang hebat seperti mereka.

            Ujian Kelulusan sebentar lagi, Aku, Haris, dan Rina aktif belajar bersama di rumah Haris. Berbekal snack dan minuman segar kami bisa belajar dengan nikmat. Apalagi Haris punya Laptop yang bisa kami gunakan untuk mencari informasi tentang Ujian Kelulusan. Beberapa hari sebelum Ujian Kelulusan tiba, sekolah kami digemparkan dengan adanya bocoran kunci Ujian Kelulusan. Sebagian anak yang tidak percaya dengan dirinya sendiri memanfaatkan kunci itu untuk menembus jalan pintas. Para Guru sudah menghimbau untuk tidak menggunakn kunci itu, tetapi tetap saja sebagian kecil siswa yang menggunakan kunci itu. Hingga salah satu temanku Haris menawarkan aku sebuah kunci Bahasa Indonesia yang kebetulan itu adalah pelajaran tersulit bagiku. Aku sontak kaget dan bertanya “Di mana kau dapatkan kunci itu Ris?”. “Ini ku dapat dari Ayahku, katanya dia beli sampai 5juta buat membeli kunci ini, karena kau temanku aku kasih ke kau yah?”. Aku hampir menerimanya, namun dilubuk hatiku yang terdalam aku merasa takut, jikalau kunci itu ada yang tidak beres nilai ku akan ambruk, dan Ibuku pasti akan memarahiku. Demi menjaga perasaan temanku aku menerimanya, namun aku tidak akan pernah menggunakan kunci ini. Aku berjanji pada diriku untuk tidak akan pernah bergantung pada apapun selain bergantung pada diri sendiri.

            keesokan harinya aku pergi ke rumah Rina, aku dipaksa Ibunya masuk ke dalam rumahnya. “oh ini ya anak yang paling pinter di sekolah, Rina sedang berusaha keras loh buat ngalahin kamu” ujar Ibu Rina. “Iya tante, Rina jauh lebih baik kok dari saya” jawab Aku. “Masa sih ? buktinya kamu selalu nomor satu tuh di kelas” ujar Ibu Rina. “Sudah lah bu jangan bicara macem-macem” kata Rina. “Ya sudah Ibu siapin Teh sama makanannya ya, selamat belajar” ucap Ibu Rina dengan lembut. 

            Aku pun berada di kamar Rina, entah kenapa suasana di kamar Rina jauh lebih rapi dan lengkap dibandingkan dengan kamarku. Di dinding kamar Rina yang ditempeli rumus-rumus the king dan teori-teori yang berkaitan dengan pelajaran sedangkan dikamarku yang hanya ditempeli gambar kartun Naruto , Bleach dan sebagainya. Buku-buku Rina yang begitu banyak dan bermacam-macam tersusun rapi, sedangkan kamarku hanya ada sedikit buku dan itupun tersusun acak-acakan. Rina juga telah banyak mempelajari soal-soal yang sering diberikan oleh Ibunya yang seorang guru itu. Aku sempat merasa iri sekaligus sedih. Perjuangan Rina begitu besar dibandingkan diriku, Aku tak pantas mendapat posisi pertama di kelas , ucap dalam hatiku. 

            Semenjak melihat perjuangan Rina, aku pun tidak mau kalah, semua bermula dari kamarku, aku buang semua gambar-gambar aneh dan aku ganti dengan gambar-gambar yang bermanfaat. Buku-buku yang berserakan telah kurapikan. Soal-soal yang Ibu guru berikan aku kumpulkan dan ku pelajari setiap hari walaupun sebenarnya aku sudah paham materi tersebut.Ibuku heran dengan tingkahlakuku pada waktu itu.

            Sehari sebelum Ujian , Aku Haris dan Rina pergi ke perpustakaan daerah. Di sana sedang ribut-ributnya membicarakan nilai kelulusan. Ada yang bilang minimal rata-rata nilai Ujian adalah 5.50 , ada juga yang bilang 6.00. Haris yang mendengar pembicaraan itu langsung cemas, karena dia takut kalau tidak lulus dia tidak akan dibelikan PS 3 oleh ayahnya. Ku lihat Rina , dia hanya terdiam dan seperti ingin merencanakan sesuatu. Apapun yang terjadi dengan nilai standar kelulusan, aku tetap yakin pada diriku sendir, serta memohon kepada Allah untuk diberikan kemudahan untuk menghadapi Ujian besok. 

            Ujian Kelulusan telah tiba. Sebelum aku berangkat ke sekolah untuk menghadapi Ujian, Ibu bilang sesuatu kepadaku. “Ingat ya nak , jangan pernah kamu menyontek ataupun menggunakan kunci yang tidak jelas itu. Percaya lah pada dirimu sendiri Okay?” ucap Ibuku. Aku mengangguk dan salaman kepada Ibuku, namun tidak kepada Ayahku, karena dia sedang keluar Kota untuk mencari nafkah. 

            Saat Ujian berlangsung Aku duduk paling belakang, sedangkan Rina dan Haris paling depan. Aku pun mengerjakan soal dengan santainya, namun tidak dengan Haris. Dia kelihatan gelisah , sepertinya dia ingin melihat kunci jawaban yang telah dipesan ayahnya lewat telepon genggamnya. Namun ada keanehan pada Rina. Rina tampak pucat dan kurang bersemangat, tak seperti saat dia sedang belajar. Dan lebih parahnya lagi , 15 menit sebelum bel keluar dia pingsan. Aku dan teman-teman terkejut melihat Rina. Usai Ujian aku dan Haris menjenguk Rina di UKS. “ada apa rin?” tanya aku dengan cemas. “aku tidak apa-apa Dod, Haris bolehkah aku meminjam telepon genggammu, aku ingin meminta maaf pada orangtua ku”. Ujar Rina dengan pasrah. “kenapa kau minta maaf rin, kamu sudah berusaha , malah usahamu melebihi usahaku rin” ujar aku. “Tidak !!, aku tidak bisa memenuhi keinginan orangtuaku , aku orang yang tidak berguna” jawab Rina dengan keras. “Rin...” ucap aku dalam hati .

            Tak lama orang tua Rina datang. Bukannya khawatir, mereka malah memarahi Rina. Mereka mengucapkan kata-kata yang tidak sepantasnya diucapkan untuk anak sebaik Rina. Sejujurnya aku sangat kesal dengan orangtua Rina yang sangat keras terhadap Rina. Padahal Rina adalah anak satu-satunya, setahuku anak tunggal itu selalu dimanja. Tapi Rina tidak diperlakukan seperti itu oleh orang tuanya, malah di perlakukan seperti budak yang dikerjakan paksa oleh penjajah belanda.

            Hari penentuan telah tiba. Pengumuman hasil Ujian Kelulusan kali ini banyak membuat para siswa menangis karena tidak lulus. Alhamdullilah Aku LULUS dengan nilai yang sangat baik walaupun nilai Bahasa Indonesiaku tidak terlalu menonjol, namun bisa ditutupi oleh pelajaran lain yang cukup tinggi-tinggi. Ibuku sangat bahagia melihatku berada di tengah lapangan. Karena orang-orang yang berada ditengah lapangan itu termasuk aku, adalah orang-orang yang memiliki prestasi yang baik. Ibu ku menyaksikanku dengan bangga walaupun Ayahku tak ada di sini. Namun ada yang kurang, biasanya Rina selalu berada di sisiku saat kejuaraan kelas, kini menhilang ditelan bumi. Ternyata Rina sedang menyendiri di kelas karena syok akibat dimarahi orangtuanya seharian. Orang tua yang seharusnya datang saat pengumuman ujian tapi orangtua Rina tidak datang karena malu dengan nilai Rina yang pas-pasan. Mungkin ini musibah berat menimpa Rina, tapi aku berjanji liburan ini aku akan mengajak dia supaya moodnya kebali seperti dulu.

                        Sementara itu kejadian sangat buruk menimpa Haris. Dia tidak lulus karena memakai kunci yang tidak benar. Ayah haris merasa ditipu oleh penjual kunci dan dia menulis disurat kabar mengenai pengedar kunci ujian palsu. Akibat pemberitaan tersebut ketahuan bahwa selama ini Ayah Haris sering membeli kunci jawaban untuk Haris. Dan sekarang Ayah Haris harus menanggung malu karena sering menjadi bahan pembicaraan Ibu-ibu penggosip. Melihat anaknya yang sedih, Ayah Haris memanfaatkan uangnya untuk membuat permohonan agar Haris lulus. Untungnya permohonan Ayah Haris dikabulkan. Walau demikian kami bisa berkumpul bersama kembali dan bermain bersama selama liburan.

Saat libur kami bertiga berencana pergi kepantai. Kami tak segan untuk berenang. Awalnya Rina masih terlihat murung, namun ketika Haris menyiramnya dengan air laut wajahnya yang masam berubah menjadi asin. Untuk menghilangkan kekesalan di wajahnya Rina pun menceburkan diri ke laut. Tak lama kemudian kami diajak ayahnya Haris untuk mencicipi aneka masakan laut di renstaurant. Alhamdullilah perut kami kenyang dan berlanjut ke kebun binatang. Perasaan Rina yang tadinya sedikit kesal kini menjadi bahagia setelah melihat beberapa hewan lucu seperti kelinci dan hamster. Kami pun senang melihat Rina bahagia seperti Biasanya. Akhirnya kami pun pulang. Rina sempat membeli 3 buah hamster yang masing-masing diberi nama Dodi-Haris-Rina sebagai kenangan terindah yang pernah mereka lalui.  

            Beberapa minggu kemudian , waktunya beranjak ke Sekolah Menengah Pertama. Pada saat inilah terjadi peristiwa menyedihkan . Ibu Rina telah meninggal dunia akibat serangan stroke. Rina sangat terpukul pada saat itu. Ayah Rina mengajak Rina untuk pindah ke Jawa untuk beberapa bulan ini. Dan kami harus berpisah dengan Rina. Aku berpesan kepada Rina untuk menjaga hamster-hamster itu sebagai tanda persahabatan kami. Rina tak sanggup menahan air mata. Kami pun berpisah untuk beberapa bulan ini , atau mungkin untuk beberapa tahun.

Mengingat masa SD ku dulu , saat aku didaftarkan Ibuku masuk sekolah rasanya berbeda dengan sekarang. Sekarang aku tidak lagi bersama Ibuku, melainkan mendaftar sendiri. Dulu tes nya menjawab bentuk dan warna suatu benda, namun sekarang tidak pakai tes, melainkan berdasarkan jumlah nilai yang kita peroleh saat Ujian Kelulusan kemarin. Alhamdullilah Aku dan Haris diterima masuk ke SMP . Dan ini merupakan awal yang baru bagiku. Mulai saat ini aku harus belajar mandiri dan belajar lebih keras lagi seperti Rina.

            Ada perbedaan SD dengan SMP, sebelum menjadi siswa resmi, aku harus mengikuti kegiatan Masa Orientasi Siswa yang disingkat MOS. Dengar-dengar MOS itu adalah kegiatan para senior yang mengerjai para calon-calon siwa. Aku sempat khawatir , namun setelah berlangsungnya MOS tidak begitu buruk , melainkan sangat mengasyikan.

            Setelah beberapa bulan setelah Aku dan Haris menjadi siswa resmi, Aku dan Haris berjalan mengelilingi sekolahku yang baru. Sempat terasa kangen dengan bangunan sekolah SD, tapi sempat bahagia juga karena bangunan yang sekarang lebih besar dari bangunan saat di SD.

Beberapa lama di SMP pelajaran yang dipelajari juga semakin sulit, butuh latihan ekstra untuk mengerti suatu materi karena Guru-guru SMP hanya mengulang apa yang telah dipelajari waktu di SD. Namun berbeda dengan Haris, nilai pelajarannya semakin meningkat terutama di pelajaran TIK selalu mendapatkan nilai  100. Aku mulai bersemangat ketika melihat Haris berkembang. Persaingan telah dimulai.

            Debu melayang tertiup angin sejuk, sampah-sampah bertebaran di depan kelas, ketika aku keluar melihat kanan kiri terlihat siswi yang sangat cantik sedang mengayunkan sapu , ketika aku melihat dia aku teringat oleh Rina.  Dia sedang piket , Aku mencoba mendekatinya dan ingin berkenalan dengannya namun dia selalu menghindar. Aku baru sadar bahwa dia adalah wanita tercantik yang pernah aku temui. Walaupun dia pendiam, namun soal pelajaran apapun dia ahlinya. 

            Beberapa tahun kemudian, masalahnya sama saja seperti dulu. Dia tidak mau melihatku, entah karena aku tidak sempurna di matanya, atau aku jelek. Yang pasti aku sangat terpukul ketika salah satu temannya bilang kepadaku “jangan ganggu Erni lagi, dia fokus belajar” ucap teman Erni dengan kasarnya. Apakah aku selama ini mengganggunya? Ujar dalam hatiku. Aku merasa sangat bersalah kepadanya. Mulai saat ini aku fokus belajar juga dan tidak memikirkan hal lain.

            Beberapa bulan kemudian sekolah mengadakan festival yang akan dimeriahkan dancer, baca puisi, drama, band, vokal dan lain-lain.  Pada saat itulah rasa suka ku berubah menjadi suatu rasa ingin memliki, ketika Erni sedang berlomba membacakan puisi tentang cinta. Suasana hatiku bagaikan ditaburkan mahkota mawar merah yang wangi. Melihat kejadian aneh yang menimpaku, Aku bertanya kepada guru BK . “Bu, ketika aku melihat seseorang wanita, rasanya saya pengen bersama dia terus Bu, apakah itu sesuatu yang normal atau tidak?” “hihi Itu sangatlah normal  , asal tidak terjerumus ke hal yang negatif”.”Ohhh.... “ ujar Aku.

            Setelah aku berkonsul ke Guru Bk , aku semakin yakin bahwa perasaan ini adalah hal yang aneh namun penuh kenikmatan. Apakah aku sudah dewasa ? umurku baru saja 13 tahun , tanya dalam hatiku. Ini kah  biasanya yang seperti di sinetron itu? Inikah perasaan Cinta???????.

            Semenjak itu, aku selalu mengejar-ngejarnya, hingga sampai saatnya tiba, aku menyatakan cinta padanya. Namun tak sepatah kata pun iya ucapkan padaku, aku sangat terpukul dan nilai-nilai ku anjlok pada saat itu. Hingga aku kelas 9 nilai-nilai tiap semester ku tidak ada yang menonjol. Aku diselimuti kegelisahan yang berkepanjangan. Entah bagaimana cara mengatasinya aku tidak tahu. Berlarut-larut sampai dekat ke Ujian Nasional.

Teman ku Haris jauh lebih berbeda, kali ini dia belajar dengan sungguh-sungguh , tidak meminta bantuan dengan ayahnya lagi. Dia telah belajar banyak hal dari ku, dan nilai-nilainya lebih jauh baik dari ku walaupun dia masih sering bermain game, tapi dia pandai mengatur waktu. Aku merenung di teras rumahku, mengingat kembali kejadian sebelumnya, dan permasalahannya terjadi dalam diriku sendiri, perasaan itu mengacaukan pikirankku ,aku menyesal telah memiliki perasaan itu disaat aku belum paham apa itu cinta, perasaan itu berlarut-larut dan aku tidak tahu cara menghapusnya. Aku yang ku cintai juga tidak pernah menolehkan wajahnya padaku. Apa salahku? Salah kah aku mencintaimu ? kesalku dalam hati.
Semenjak peristiwa itu aku melupakan semua yang telah terjadi, dengan semangat 45 aku melupakan semua perasaanku kepada Erni. Aku kembali belajar belajar dan belajar, untuk menghadapi Ujian Nasional. Ibuku heran padaku melihat nilai-nilai rapot yang tak semestinya ku dapat. Nilai matematika yang biasanya 9 kini hanya 7. Aku tidak akan  menoleh masa lalu ku, aku harus fokus belajar.

            Ujian Nasional tiba, Aku dan Haris tidak seruangan jadi aku tidak bisa melihat ekspresi nya saat Ujian. Namun aku seruangan dengan Erni. Hatiku terpukul ketika melihat wajah sinisnya , dia merasa tidak enak dengan keberadaanku. Aku tahu Erni memfokuskan diri untuk belajar juga ,tapi kenapa kau bikin orang lain sakit. Aku merasa sakit jika kau lakukan itu padaku, kesalku dalam hati. 

            Saat Ujian berlangsung  aku berhasil melupakannya , pandangan mataku hanya untuk lembar jawaban bukan memandang dia. Dan aku yakin kali ini aku bisa merebut posisiku kembali.
            Pengumuman hasil Ujian berlangsung hari ini. Kesenangan menyelimuti hari ini , Aku LULUS dengan nilai yang sangat memuaskan, walaupun tak juara 1, melainkan juara 3, aku bisa mengalahkan Erni yang telah menyakitiku. Dia mendapatkan posisi 4. Aku tertawa dalam hati,  “Aku bisa mengalahkan orang seperti mu Erni, jangan kau meremehkanku” kesal dalam hatiku. 

Namun tidak kusangka peringkat pertama adalah teman ku sendiri, Haris. Aku sangat kesal sekaligus bangga melihat temanku kini meraih juara. Aku sempat melihat masa lalunya yang suram, kini iya telah mengubur dalam-dalam masa lalunya dan melihat ke depan, sama yang seperti aku  alami, perasaan cintaku kepada seseorang seperti kesuraman Haris waktu SD dulu. Aku berjanji selama masih bersekolah aku tidak akan pernah jatuh cinta kepada siapapun titik. 

            Saat liburan, aku sempat ke sekolah . Aku melihat Erni dan dia melihatku, dia menuju ke tempatku dan mengucapkan kata maaf kemudian langsung lari. Aku heran kenapa dia seperti itu, ku tanya temannya dan ternyata Erni tertimpa musibah yang sangat berat selama ini, orangtuanya cerai , dan kini iya hanya tinggal bersama Ibunya, namun ibunya sangat kasar padanya, kaki Erni yang lebam akibat kena pukul oleh Ibunya. Ibu berharap besar padanya, namun dengan cara yang kasar dan salah , seperti orangtua Rina yang memperlakukan kasar kepada Rina, aku sempat teringat Rina, “apa yang sedang kau Rina lakukan, apakah kau lulus ujian ? Apa kau juga sudah punya pacar?” tanya dalam hatiku. Walaupun aku sudah melihat latarbelakang Erni, aku tetap pada pendirianku, perasaanku padanya telah hilang. Dan aku sudah berjanji pada diriku sendiri.

Kemudian saatnya ke Sekolah Menengah Atas. Aku, Haris masih seperti biasa mendaftarkan diri di SMA  . Tes nya juga berbeda dari sebelumnya yang kualami di SD dan SMP. Sekarang tesnya dilakukan tes tertulis , kemudian ditambah dengan jumlah nilai Ujian Nasional kemarin. Dengan pedenya aku mengahadapi tes, dan akhirnya aku diterima, Haris juga, ketika aku melihat daftar nama aku melihat nama Erni juga masuk, tapi aku melihat nama yang yang spesial buatku . “Rinaa?!!!” tanya ku dalam hati. Ternyata Rina telah kembali ke sini, karena Ayahnya akan menikah lagi di sini. Aku sangat senang bisa berkumpul lagi. Kami akan melalui masa-masa SMA ini bersama-sama.

            Rina sekarang tambah cantik, putih , dengan rambut keritingnya seperti Nikita Willy, Dia juga tambah pintar, dan selalu tersenyum saat orang melihatnya. Aku kagum dengan Rina, namun kekaguman ku dikalahkan oleh Haris. Haris kelihatan jatuh cinta kepada Rina, berkali-kali aku memperingati Haris, namun dia tetap menyukai Rina. 

            “hei Dod, kau kenal dengan Erni ?” tanya Rina. “kenal kenapa memangnya?” tanya aku kembali. “Dia sekarang telah menjadi saudara tiriku , ayahku menikah dengan Ibunya” ujar Rina. Aku terkejut dengan perkataan Rina, Aku takut berurusan lagi sama Erni. Aku selalu was-was tiap kali ke rumah Rina, aku selalu saja bertemu Erni di rumahnya. Aku kesal juga agak sedikit senang. Sangat membingungkan bagiku.

            2 tahun kemudian, Aku sudah kelas 12 . aku masuk jurusan IPA, bersama Rina dan Erni. Kami sekelas. Haris masuk ke kelas IPS, dan dia sudah memiliki teman barunya di sana. Aku santai-santai aja selama sekelas dengan Erni , namun pada suatu hari, Erni pernah ditembak oleh banyaak cowok yang menginginkannya, namun selalu ditolak. Aku agak menyesal melupakan dia , tapi masa depanku tidak tergantung sama dia, bisa saja aku menikah dengan Rina di kemudian hari, bisik ku dalam hati. Erni dan Rina selalu kompak kemana-mana, aku tidak bisa mengikuti Rina karena ada Erni. Sampai saat aku menemukan seorang teman baru. Rendi namanya. Dia adalah cowok yang paling aktif mengikuti pelajaran di kelas  ataupun pelajaran di luar kelas. Dia juga merupakan ketua OSIS di kelas. Dia sangat di gemari semua cewek. Banyak cewek yang mengharapkan dia. Namun selama dia berteman padaku dia selalu saja menanyai tentang Erni, mungkin karena aku terlihat sering bersama Rina dan Erni. Dia terlihat seperti menyukai Erni. Dan pada akhirnya dia menembak Erni di depan kelas. Semua teman-teman sekelas mendukungnya. Erni pun tak bisa menolak, aku yakin Erni ingin menolak tapi dia tidak bisa karena Rendi telah banyak dukungan. Dengan terpaksa Erni menerima cinta itu. Aku gelisah sesaat. Aku juga menyesal, entah kenapa apakah aku masih suka sama Erni. Aku dilanda kegelisahan. Namun tidak berat seperti saat SMP dulu. Hanya aku dan Rina saja, Erni sudah bersama Rendi, walaupun wajah Erni kelihatan terpaksa , namun Erni sedikit menikmati. 

            Keesokan harinya aku dan Rina jajan di sebuah kantin,hari terasa sepi tanpa Erni, dia telah asyik bersama gebetannya. Kami juga tak bisa mencurahkan hati kami kepada dia, karena dia sering tidak bersama kami semenjak dengan Rendi. Tak sengaja aku melihat Erni berjalan dengan wajah yang murung. “kenapa Erni ?” tanya aku. “tidak apa-apa” jawab Erni. Aku diceritakan Rina , bahwa Erni sering di atur oleh Rendi, Erni ingin putus, namun dia tidak punya keberanian. Entah kenapa  Aku dengan semangat ingin memisahkan mereka berdua, aku bersama Rina merencanakan sesuatu agar mereka bisa putus. 

            Sebelum berangkat sekolah aku berpesan pada Rina untuk mengubah penampilan Erni sejelek-jeleknya seperti tokoh Beti Lafea. Ide itu berjalan mulus sampai disekolah Erni di tertawain oleh teman sekelas. Erni cuek aja. Namun Rendi malah mendukungnya. Rencana ini gagal. Besoknya kami membuat rencana baru lagi. Entah mmuncul sebuah ide yang sangat cemerlang. Aku pun memanggil Haris untuk meminta bantuannya. Haris sekarang sudah pandai menjadi seorang sutradara film. Dia belajar dari abang nya yang seorang sutradara terkenal. Kami berencana membuat film Romantis yang nantinya akan di peranin oleh Rendi dan seorang cewek tercantik di SMA , dia temannya Haris , namanya Angel. Rendi dan Angel sengaja dipaksa untuk lebih profesional, banyak adegan Cinta antara Rendi dan Angel yang akan ditonton secara lebih romantis . Saking romantisnya muncul gosip yang kurang sedap menimpa Rendi, teman-teman sekolah menganggap Rendi dan Angel adalah pasangan yang serasi dan cocok untuk menjalin hubungan, ada juga yang mengosipkan bahwa Rendi telah cinta lokasi dengan Angel , padahal sebenarnya tidak ada apa-apa diantara mereka. Melihat Rendi yang sedang sibuk, kesempatan Erni untuk menyatakan putus semakin leluasa. Erni menyatakan putus langsung di lokasi syuting, dan itu sangat menyakitkan buat Rendi. Semenjak itu Rendi telah menjadi korban yang sama seperti aku dulu, di jatuh dan sangat jatuh sekali. Sampai-sampai dia pindah sekolah.

Aku dan para sahabatku Haris, Rina, dan Erni selalu belajar bersama. Kami saling melengkapi kekurangan dan belajar hal-hal baru. Aku baru menyadari , bahwa pada masa ini persahabatan sangat penting . Persahabatan itu indah, kami selalu tertawa bersama, menangis  bersama , duka bersama walaupun itu hanya roda persahabatan apa salahnya kita memanfaatkan waktu kita yang singkat ini untuk memiliki banyak sahabat, karena di kemudian hari ketika kita dewasa, kita akan diharuskan memiliki pasangan , dan sangat susah untuk berkumpul seperti ini lagi. 

 TAMAT



           


           
           
           


 

0 komentar:

Posting Komentar